Festival Gamelan se Jerman: Subsidi Budaya Indonesia untuk Kota Hamburg
Festival
ini merupakan kerjasama tiga perwakilan RI di Jerman yaitu KBRI Berlin,
KJRI Frankfurt dan KJRI Hamburg yang menjadi tuan rumah penyelenggaraan.
Acara ini digelar dalam rangka merayakan 60 tahun hubungan diplomatik
Indonesia-Jerman dan HUT RI ke 67. Acara ini juga merupakan ajang
pemanasan untuk penyelenggaraan festival serupa dengan spektrum yang
lebih luas yaitu festival gamelan se Eropa yang rencananya akan digelar
tahun depan.
“Saya
merasa terhormat bahwa Museum für Völkerkunde yang saya kelola ini
dijadikan tempat diselenggarakannya Festival Gamelan se Jerman, saya
menganggap ini merupakan “subsidi” dari Pemerintah Indonesia
kepada Kota Hamburg yang tengah mengalami pemotongan anggaran terutama
dalam bidang budaya,” demikian dinyatakan oleh Prof. Dr. Wulf Koepke,
Direktur Museum für Völkerkunde yang juga merupakan salah satu ahli
Indonesia di kota Hamburg, Jerman pada saat pembukaan Festival Gamelan
pada hari Sabtu (1/9).
Lebih
lanjut Prof. Koepke menjelaskan bahwa sudah saatnya masyarakat Hamburg,
dan masyarakat Jerman pada umumnya menyadari keberadaan dan pentingnya
Indonesia yang menurutnya dianggap sebagai sleeping giant atau
raksasa yang selama ini tengah tidur, untuk mulai dapat disejajarkan
dengan raksasa Asia lainnya yaitu China dan India baik dalam segi
ekonomi, sosial dan juga budayanya.
Acara
pembukaan festival diisi dengan berbagai tarian, musik dan lagu dari
berbagai penjuru nusantara yang ditampilkan secara apik dan memukau oleh
Sanggar Gema Citra Nusantara Jakarta yang didampingi langsung oleh
pembinanya yaitu Ibu Triesna Jero Wacik. Terkait dengan acara
pembukaan, Prof. Koepke menyatakannya dengan tiga kata; “impressive, diverse, and lively”.
”Saya sudah banyak mengenal Indonesia, terutama dari sisi budayanya,
namun sajian budaya kali ini membuat saya terkesima. Sangat
menakjubkan,” demikian tuturnya seusai menyaksikan pembukaan festival
yang diisi dengan parade budaya Indonesia berupa penampilan lagu
nusantara, Tari Belibis, Tari Lenggang Nyai, Tari Topeng, dan yang
paling mencengangkan yaitu Tari Rapai Kipah asal Aceh yang dibawakan
oleh 15 penari dengan membawa rebana dengan gerakan yang sangat dinamis,
padu, rancak dengan diiringi musik tradisional Aceh ditingkahi suara
penyanyi atau yang kerap disebut juga Syeh menambah keterpukauan
penonton yang menyaksikannya.
Mewakili
Duta Besar RI, Konsul Jenderal KJRI Hamburg Marina Estella Anwar Bey
dalam sambutan pembukaannya menyatakan bahwa selama 60 tahun hubungan
diplomatik kedua Negara berlangsung, telah tercipta banyak kerjasama di
berbagai bidang, termasuk kebudayaan. “Jakarta Declaration”
yang ditandatangani oleh pemimpin kedua Negara saat Kanselir Merkel ke
Indonesia medio pertengahan Juli lalu sebenarnya adalah untuk
meningkatkan berbagai kerjasama tersebut, termasuk kerjasama kebudayaan (Kulturabkommen)
yang pernah ditandatangani pada tahun 1980an”, demikian tutur Konjen
RI. Terkait dengan festival gamelan itu sendiri, Konjen RI menjelaskan
bahwa kegiatan ini berupaya untuk tidak saja memperkenalkan musik
tradisional Indonesia kepada masyarakat Jerman, tetapi juga untuk
melestarikannya mengingat para pemainnya juga sebagian terdiri dari
masyarakat Jerman. “Ini merupakan pelaksanaan dari Kulturabkoment tersebut,” demikian tutur Konjen RI.
Animo dari
masyarakat Jerman dalam festival gamelan ini juga dinilai sangat baik.
Museum Völkerkunde siang itu (1/9) terasa sesak dipenuhi dengan
pengunjung dan juga peserta festival. Para undangan yang terdiri dari
kalangan diplomatik, bisnis, akademisi, komunitas seni maupun masyarakat
umum pencinta Indonesia yang berasal dari kota Hamburg dan sekitarnya,
tampak menyesaki tiga area museum yang menyajikan berbagai pertunjukan
secara bergiliran. Pengunjung pun dibuat selalu bergerak berpindah area
untuk menikmati berbagai sesi yang diatur dengan baik oleh panitia.
Masyarakat Indonesia juga banyak yang hadir. Tak urung merekapun
terkesima dengan betapa besarnya minat masyarakat Jerman sendiri dalam
festival tersebut. Hal ini dilihat baik banyaknya kelompok gamelan dari
berbagai kota di Jerman yang berpartisipasi dalam festival, selain juga
banyaknya pengunjung yang tertarik untuk menyimak Festival Gamelan
tersebut.
Selain
itu, dapat disaksikan pula upaya “mengawinkan” budaya tradisional
Indonesia dan Jerman, dengan memasukan alat musik Eropa, seperti Celo
dan Biola ke dalam komposisi musik Gamelan yang mencampurkan nada
pentatonis dan diatonis. Para penggamel yang terdiri dari warga Jerman
dan masyarakat Indonesia di Jerman juga menunjukkan komposisi umur yang
beragam, mulai dari anak-anak, remaja dan dewasa tampak melebur dalam
kolaborasi yang menghanyutkan para penikmat seni.
Penyelenggaraan kegiatan festival ini juga merupakan satu dari rangkaian kegiatan Indonesian Week 2012
yang berlangsung dari tanggal 1 – 9 September yang terdiri dari
berbagai kegiatan yaitu pertunjukan wayang kulit untuk anak-anak dan
dewasa, festival Kuningan dan pemutaran film Indonesia. Acara ini
bekerjasama dengan pihak museum Völkerkunde yang merupakan museum dengan
koleksi Indonesia terlengkap di Jerman. Sebelumnya berbagai kegiatan
promosi budaya Indonesia seperti Pameran Batik, Workshop dan Fashion
Show Batik serta penampilan musik kontemporer Indonesia juga dilakukan
di museum yang sama. (Sumber: KJRI Hamburg).
Sumber : http://www.kjrihamburg.de/id/berita/kegiatan-kjri/313-festival-gamelan-se-jerman-subsidi-budaya-indonesia-untuk-kota-hamburg.html
Posting Komentar